Sabtu, 02 Juli 2011

Antara Keripik dan Kritik

Oleh : Dedi Suherman
Guru SD Negeri I Jati Kec. Batujajar Kab. Bandung Barat

            Keripik adalah makanan ringan atau penganan yang terbuat dari singkong, kentang atau ubi yang diiris tipis kemudian digoreng hingga kering. Keripik yang enak apabila rasanya renyah dan gurih, kadang adapula keripik yang agak enek karena terasa keras dan pedas. Namun umumnya orang senang makan keripik terutama ketika duduk santai sambil membaca atau nonton TV. Sedangkan Kritik adalah koreksi atau teguran, saran dan pendapat terhadap ucapan atau tindakan seseorang yang dianggap salah atau kurang tepat tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku atau tidak sesuai dengan keinginan yang diharapkan. Kritik ada yang terasa lembut atau halus sehingga membuat tersungging orang yang dikritik dan ada pula kritik yang disampaikan dengan keras, lugas dan tegas sehingga kadang-kadang membuat tersinggung orang yang dikritik. Namun umumnya setiap orang tidak begitu suka mendapat kritik , tapi setiap orang senang diberi keripik.
            Bagaimana kiat atau sikap kita agar suka mendapat kritik sebagaimana halnya senang menerima keripik? Kiatnya antara lain :
1.      Bersikap husnudzon (positif thinking) alias berprasangka baik kepada orang yang mengkritik kita. Siapapun yang mengkritik kita anggaplah mereka mencintai dan menyayangi kita. Buktinya mereka mau menunjukkan kekurangan kita dan mau peduli terhadap kesalahan kita. Di atas telah dikemukakan bahwa kritik itu bersifat korektif, menunjukkan kesalahan dan kekurangan kita, sementara kita tidak menyadari kekurangan atau kesalahan yang kita lakukan. Contoh sederhana. Suatu saat kita makan-makan dalam suatu pertemuan/resefsi. Setelah selesai makan kita tidak sadar ada sebagian makanan yang menempel disudut bibir kita, teman dekat kita memberi tahu tentang hal tersebut. Spontan kita mengambil atau membuang bagian makanan itu. Coba bayangkan! Bagaimana nasib kita seandainya teman kita tidak memberi tahu kejadian tersebut? Tentu orang-orang yang tidak kenal dengan kita akan mentertawakan. Dengan kritikan teman dekat kita, maka kita selamat dari tertawaan dan cemoohan orang lain. Teman kita berani memberi tahu kekurangan atau kekhilafan kita, karena dia mencintai dan menyayangi kita. Ucapkanlah terimakasih kepada siapapun yang berani memberikan kritik, mau mengoreksi kesalahan dan kelemahan kita. Apakah kritikan itu disampaikan dengan cara halus dan lembut maupun kritikan itu disampaikan dengan pedas dan keras. Terimalah semuanya dengan lapang dada, dan jiwa besar. Anggap saja kritik itu keripik yang renyah, gurih dan sedap.
2.      Jangan gila pujian (praises) yakinilah hanya milik Allah segala pujian (The Praiseworthy) karena Allah Maha Terpuji, Maha Sempurna tidak ada cela dan kekurangan sedikitpun. Sadarilah setiap kita mempunyai kekurangan dan suka melakukan kasalahan, hanya umumnya kita jarang mengetahui dan menyadarinya. Disamping itu umumnya kita ingin dan senang mendapat pujian dari orang lain. Sadar atau tidak sadar hati kita suka berbunga-bunga bahagia bila mendapatkan pujian dari orang lain, hidung kadang-kadang bertambah mancung, mata berbinar-binar dan bibirpun tersenyum simpul. Namun ingat ! Kita perlu waspada siapa tahu pujian itu bersifat ironis dari pihak yang ingin membujuk rayu kita, bahkan mungkin pujian itu menjerumuskan kita. Siapa tahu orang disekitar kita memberi berbagai pujian agar kita terjebak dalam kesalahan. Bila orang disekitar kita selalu memuji dan tidak pernah mengkritisi atau tidak mau mengoreksi kesalahan dan kelemahan kita, hakikatnya mereka menjerumuskan kita ke jurang kenistaan yang. Sanjungan bisa jadi batu sandungan untuk memperbaiki kesalahan. Seandainya kita selalu mendapatkan pujian karena kita sering mendapat prestasi yang membanggakan, sebaiknya ucapkanlah ALHAMDULILLAH, kembalikan pujian itu kepada pemiliknya yaitu Allah swt. Yakinilah pujian dan sanjungan yang diberikan orang lain itu tidak sebanding dengan prestasi kita, karena mereka tidak mengetahui kekurangan yang kita miliki. Kita tidak pantas berbangga hati, menepuk dada, sombong alias angkuh karena tersanjung oleh pujian, sebaliknya jangan sakit hati bila banyak orang yang mengoreksi dan mengkritisi.
3.      Biasakan mau dan mampu mengkritisi diri sendiri (auto kritik), mengoreksi kesalahan pribadi (muhasabatunnafsi), baik kritik kepada diri sendiri sebagai individu atau kepada kinerja Instansi, Lembaga atau Organisasi tempat kita berkerja.
4.      Jangan suka menutup-nutupi kelemahan dan kesalahan diri sendiri, serta antipati, alergi bahkan fobby untuk dikritisi. Kesalahan dan kelemahan diri yang ditutupi bagaikan bisul (abses) membusuk diselimuti kulit tidak mau dikorek atau dibelek oleh sendiri atau orang lain. Suatu saat, bisul kita tersenggol orang lalu  pecah dihadapan orang banyak mengeluarkan bau busuk, akhirnya kita menderita sakit tubuh dan sakit hati dicemoohkan.
5.      Jangan suka mencari kambing hitam, atau lempar batu sembunyi tangan bila mendapat kritik atau koreksi dari orang lain.
6.      Jangan benci kepada orang yang mengkritisi sebab hakekatnya dialah teman sejati, agar kita mau dan mampu memperbaiki diri.

            Bagaimana cara kita menyampaikan kritik kepada orang lain?
1.      Sampaikanlah kritik dengan bibir tersungging agar pihak yang dikritik tidak tersinggung. Berikan kritikan dengan sikap halus dan lembut dan hati-hati agar tidak menyakiti hati orang yang dikritisi.
2.      Sampaikan kritik dan koreksi dengan kata-kata bijak, agar pihak yang dikritisi menerima dengan penuh kesadaran  atas kekurangan atau kesalahannya.
3.      Kritikan yang diberikan harus berdasar argumen dan hati suci bukan dilandasi rasa sentimen dan didorong hati iri. Kritikan harus disertai alasan bukan hanya sekedar ulasan, harus karena dalil bukan karena usil.
4.      Kritikan harus disertai solusi dan harus bersifat memperbaiki, jangan hanya pandai mengkritik tapi tidak memberikan solusi dan tidak bisa memperbaiki. Kritikan jangan hanya mencela tapi tidak memberi cara, bukan hanya mengejek tapi harus bisa mengajak.
5.      Jangan mengkritisi seseorang disampaikan kepada orang lain yang tidak tahu menahu. Bila kritikan kita tidak tepat maka termasuk tukmah karena termasuk sesuai dengan fakta, bila kritikan kita sesuai dengan fakta bisa termasuk ghibah (menggunjing).
            Demikian ide dan gagasan penulis yang disampaikan dalam tulisan sederhana ini, semoga bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi siapa saja yang sempat membancanya. Semoga saja penulis bukan hanya bisa menyampaikan gagasan tapi tidak bisa melakukan, bukan hanya pandai menyusun teori tapi tidak nyata dalam aplikasi. Jangan hanya mudah mengkritisi tetapi suka marah dikritisi. Mudah – mudahan penulis pandai mengkritisi dan senang dikritisi. Pandai mencela dan siap dicela, mampu mengoreksi dan mau dikoreksi, bisa memberi solusi dan sedia dicaci maki. Suka tersungging bila menyampaikan kritik, tidak mudah tersinggung bila mendapat kritik.
            Marilah kita yakini kebenaran firman Allah dalam Q.S. Al ‘Ashr : 1.Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Kritik adalah salah satu bentuk nasehat untuk mentaati kebenaran dan menepati kesabaran.
            Fahami pula firman Allah dalam Q.S. Al  Hujurat : 11.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[*] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[**] dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
[*]  Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin seperti satu tubuh. [**]  Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.

            Renungkanlah ! “Orang benar bukan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi orang benar adalah orang yang mau mengakui kesalahan dan mampu memperbaikinya. Orang salah bukan orang yang tak pernah melakukan kebenaran. Orang salah adalah orang yang tidak mau mengakui kesalahan dan tidak mampu memperbaiki kesalahan”.***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar